
Namanya Rama. Sekarang ia berusia 24 tahun. Wajahnya tampan, kulitnya putih, bicaranya renyah dan banyak senyum. Itulah gambaran sosoknya, yang menurut orang....sangat charming.
Tetapi ada satu hal yang perlu kita ketahui, ia tidak sempurna, karena tidak bisa melihat....kedua matanya tidak berfungsi sejak ia lahir ke dunia.
Tak pernah ia tahu bagaimana raut muka orang-orang di sekelilingnya. Ia ingin melihat dan menyaksikan saat pergantian siang menjadi malam, bagaimana indahnya embun pagi di pucuk-pucuk daun. Apakah itu warna merah, hijau, kuning, atau yang lain? Selama ini, ia hanya bisa membayangkan. Baginya hanya ada satu warna dalam hidupnya, HITAM.....
Sekilas, kita akan kasihan. Ia sangat terbatas dalam melakukan segala hal. Banyak orang akan memandang sebelah mata terhadap dirinya. Ia bagaikan orang yang dipaksa minggir oleh keadaan... Kedengarannya tidak adil ya? tapi inilah kenyataan yang harus di jalani. Tak boleh mengeluh, tak boleh menyerah.....
Ayah dan ibunya yang sangat mengasihinya, mereka tidak tinggal diam. Rama kecil di sekolahkan, tetapi tidak di sekolah luar biasa....ia sekolah di sekolah biasa, yang muridnya normal semua. Orang tuanya menjadi mentor yang baik baginya. Ia memang menulis dan membaca dengan huruf braille, tetapi selebihnya ia di ajari banyak hal layaknya seorang anak normal. Ia di latih bahasa yang baik dan benar, di latih belajar dan mendengarkan musik, diajari attitude dan behavior yang baik, di bentuk mental dan fisiknya,...pendeknya ia di upayakan untuk tumbuh menjadi manusia sehat seutuhnya.
Kini, ia telah menjadi kebanggaan keluarga. Ia telah bekerja sebagai komposer pada perusahaan rekaman di Jepang. Ia seorang motivator dan penulis buku. Ia seorang jurnalis. Ia juga aktif di dunia maya, bahkan ia juga mempunyai web site dan blog sendiri. Hal ini di mungkinkan karena ia menggunakan layar pembaca pada komputernya. Artinya, setiap tulisan yang ia terima, akan di baca oleh mesin pembaca. Ia hanya menggunakan telinganya....
Rama bukanlah sebuah dongeng belaka, ia ada di antara kita. Masihkah kita akan memandangnya sebelah mata? Seorang tuna netra, yang telah berhasil membuktikan dirinya. Ia selalu menjadikan dirinya seorang yang pantas di cintai, bukan di kasihani.
Warna hitam yang dahulu menjadi karibnya, kini telah berubah menjadi pancaran aneka warna yang berpendar begitu indah dalam pikirannya. Ia amat optimis dan bersemangat menghadapi segala sesuatu. Ia memang cacat, tetapi memiliki kesempurnaan jiwa....
klik>> http://www.rahasiawebsitepemula.com/?id=anjarbinaryani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar