Kamis, 08 April 2010

Dia, matahariku


" Mamaku tersayang, janganlah menangisi kepergianku. Aku sudah bahagia saat ini, karena ada Tuhan Yesus di sampingku. Kelak ada saatnya kita akan bersama lagi...."

" Papaku tersayang, tetaplah kuat menjadi papa yang baik. Aku di surga, mendoakan papa agar selalu sehat,lancar dalam pekerjaan dan selalu dalam lindungan Tuhan....".

" Mama dan papa, titip sun sayang buat adik Hendy...sampaikan padanya, aku sangat menyayanginya.....".

Pesan pendek di kertas surat itu ditemukan, ketika ibu Metty memberesi kamar anaknya, Meta. Terlintas tawanya memantul dari dinding kamarnya yang sepi. Boneka-boneka kesayangannya masih rapi berjejer di atas tempat tidur. Baju-baju ABG nya masih berjejer pada kapstok di lemarinya. Duh Gusti, kenapa anakku yang masih belia telah Kau panggil? Kenapa bukan aku lebih dulu, yang lebih tua dan lebih banyak dosa??. Kenapa penyakitnya begitu berat?? Isak tangis ibu Metty mengguncangkan badannya yang semakin lama semakin susut.

Ketika Natal tiba, biasanya Meta kecil berperan sebagai malaikat pada operet anak-anak. Ia menjadi malaikat yang selalu membawa tongkat dengan bintang di kepalanya. Ia menari dengan lincah, ceria dan sama sekali tidak mengira ada penyakit bersarang di tubuhnya....
Tak pernah ia mengeluh sebelumnya, tak pernah kami membicarakan sebelumnya. Sampai ada khabar yang mengagetkan itu, tiba-tiba Meta di ketahui telah mengidap kanker pada stadium lanjut. Ia koma selama 1 minggu, untuk akhirnya menghembuskan nafas terakhir beberapa bulan yang lalu.

Terbayang di benak ibu Metty, betapa ia dulu sakit-sakitan ketika mengandung Meta. Sering pingsan mendadak tanpa diketahui sebabnya. Betapa ia dulu sangat hati-hati menjaga Meta, layaknya ia menjaga kristal yang mudah retak. Ia sangat memperhatikan setiap makanan yang masuk ke perut Meta. Betapa ia sangat menyayangi Meta, dari hal kecil sampai besar sekalipun. Walau sesekali ia nakal atau bandel, Meta tetap buah hati yang menjadi matahari keluarga. Ia bersinar memberi kehangatan pada semua anggota keluarga.

Sekarang, setiap pagi jam 5.30, ibu Metty mengikuti misa pagi di kapel dekat rumahnya. Dia butuh dekat dengan Tuhan. Dia selalu memohon kepada Tuhan, agar di bebaskan dari perasaan menyesali diri. Ia mohon agar di beri kekuatan untuk melanjutkan kehidupannya. Ia berusaha untuk merelakan putri kecilnya pergi menghadap Tuhan. Setiap hari ia memohon tanpa henti....

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, tubuh ibu Meta tampak semakin langsing ( kurus tepatnya..). Ia tetap bekerja seperti biasa, melakukan tugasnya seperti biasa. Hingga pada suatu sore, ketika kami sedang latihan koor...'brugg' ibu Meta jatuh pingsan. Wah, semua anggota koor lainnya tergopoh-gopoh memberikan pertolongan...ada yang mengolesi dengan au de collognette, ada yang menggosok dengan balsem, ada yang menyiapkan air putih...heboh deh....

Beberapa hari kemudian kami bertemu, dan ada khabar gembira.....ia telah mengandung anak ke 3!!......Proficiat ibu Metty, selamat ibu Metty,...Tuhan selalu mempunyai rencana yang indah. Ia yang mengambil, Ia juga yang memberi....


klik>> http://www.rahasiawebsitepemula.com/?id=anjarbinaryani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar