Senin, 10 Mei 2010

Di sebuah Panti Jompo



Pada suatu kali, kami menginjungi sebuah panti jompo di pinggiran kota. Acara kunjungan sosial seperti ini kami lakukan untuk lebih memahami orang lain yang membutuhkan perhatian. Bukan bermaksud ingin menyombongkan diri, tetapi sungguh ingin berbagi sukacita dan sedikit oleh-oleh.

Mula-mula rombongan kami diterima oleh kepala Panti Jompo. Setelah memperkenalkan diri disertai ramah tamah seperlunya , kami dipersilakan langsung menyapa penghuni panti.
Dari suatu pintu masuk, kami disitu disambut oleh beberapa orang lansia ( lanjut usia ) dengan senyum ramahnya. Mereka kelihatan gembira menyambut kedatangan kami. Satu demi satu kami berjabat tangan, disambut dengan senyum dan tawa ceria... Betapa bahagianya kami di tempat itu...... Mendengar cerita-cerita, mendengar canda tawa dan saling menasehati satu sama lain...

Lalu kami membagi-bagi oleh-oleh berupa handuk, sabun mandi, biskuit dan susu, masing-masing satu paket. Kelihatan mereka sangat bersemangat menerimanya. Mungkin bagi orang lain, oleh-oleh itu tak seberapa nilainya. Tetapi di tangan penghuni panti jompo ini, seperti kesukaan seorang yang mendapatkan hadiah dari kekasihnya...
Didekapnya bingkisan itu, sambil bibirnya tak lepas mengulum senyum manisnya.

Hanya ada satu orang yang kelihatan apatis. Tidak perduli dengan keadaan sekelilingnya, seolah sepi. Ia hanya duduk di dekat jendela kamarnya, tanpa ekspresi. Dialah papa Robby..... Seorang yang konon mempunyai 5 anak, tetapi semuanya tidak ada yang memperdulikannya. Bahkan menantunya. Sungguh kasihan....

Dulu, semasa ia masih muda........ia terlalu sibuk untuk mencari nafkah demi keluarganya, sehingga hampir tak ada waktu untuk bercengkerama dengan keluarganya. Tidak punya cukup waktu untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya kepada istri dan anak-anaknya. Hanya uang, uang saja yang ia pikirkan untuk mencukupi segala kebutuhan keluarganya. Kini, setelah istinya meninggal dan ia menjadi seorang yang renta, tak ada kasih sayang yang diberikan dari anak-anaknya. Mereka mempunyai kesibukan masing-masing, dan hanya uang saja yang bisa mereka kirimkan sebagai wujud rasa tanggung jawab kepada orang tuanya.

Papa Robby menyesal, dulu tidak dekat dengan anak-anaknya. Ia beranggapan, asal diberi uang yang cukup berarti sudah selesai tugasnya sebagai orang tua. Ia tidak sadar bahwa cinta, perhatian dan kasih sayang tak pernah bisa dibeli dengan uang.
Nasi telah menjadi bubur, katanya. Kini ia hanya merenungi nasibnya.
Uang kiriman yang ia terima sekarang, tidak banyak berarti. Ia sudah tidak mempunyai keinginan apa-apa, selain berkumpul dengan anak dan cucu-cucunya. Suatu hal yang amat sulit terwujud, karena semua anak-anaknya beranggapan bahwa papanya cuma merepotkan saja......makanya dikirimkanlah papa Robby ke panti jompo.

Sungguh suatu kisah yang memprihatinkan, bukankah kita harus menghormati ayah ibu kita seumur hidup dalam kedadaan apapun?....Kami berharap suatu saat, ada anaknya yang terketuk hatinya untuk menjemput papa Robby untuk berkumpul dengan keluarganya....sebelum terlambat.....Semoga.

klik>> http://www.rahasiawebsitepemula.com/?id=anjarbinaryani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar